Huda_Ennajm
Di kala orang-orang sudah mulai beranjak ke peraduan masing-masing, bahkan sudah terlelap dalam buaian indah dunia mimpi. Tak ada yang peduli ayunan sapu yang sedikit demi sedikit namun pasti terus selalu terayun, dari tangan-tangan kokoh mereka. Kala mata ini memandang ke sekeliling pemandangan inilah yang kulihat. Layar fakta relaitas yang terpampang jelas. Berbekalkan sebuah sapu, masker, dan sarung tangan mereka bergulat dengan dinginnya malam. Menyapu butir-butir debu jalanan, yang bahkan tak terpikirkan oleh orang lain.
Sayup-sayup kudengar ada yang berkata dengan santainya, membuatku terlonjak kaget, “Apa yang mereka lakukan???”, “Apakah tidak ada kerjaan??? Yang di sapu itu rumah, bukan jalanan…”. Seakan aliran darah ini naik ke ubun-ubun. Kuteriakkan dalam hati protesan mereka (para pejuang jalanan), “Apakah kamu tidak melihat??? Inilah pekerjaan kami!!! Bagaimana mungkin begitu mudahnya kata-katamu itu meluncur dari mulutmu, tanpa terpikirkan maksudnya. Padahal kamu punya mata tuk melihat, mendengar, dan mencium debu yang berterbangan dari setiap ayunan sapu kami”. Tapi apalah daya protesan kecil ini hanya terekam dalam bait-bait kata-kata tulisan yang tak tersampaikan.
Pelajaran hidup takkan pernah ada matinya, bisa didapat dari berbagai sisi kehidupan. Bahkan tanpa disadari hadir dalam bentuk yang tak terduga. 



###

Ketika kaki kami ini menginjakkan tuk pertama kali ke tempat kumuh dengan sekitar yang terlihat hanya barang-barang elektonik hampir rusak, rusak, bahkan hancur. Ku ingat kembali spanduk kusam tergantung di depan tempat itu “Perbaikan Elekronik”. Terlihat kumuh, barang-barang penuh sesak tak tertata, serabutan.
Awalnya rasanya rada-rada takut tuk masuk ke tempat itu, tapi kami beranikan diri, mulai dengan bertanya. “Di sini, apakah bisa memperbaiki kipas angin”, tanya temanku. “Iya mbak, bisa!”, jawab mereka sopan. Dengan cekatan tangan-tangan mereka mulai membedah satu persatu bagian-bagian elektronik yang tak kami pahami. Senggang waktu menunggu, diselingi dengan percakapan kami dengan para  Elektra (hanya sebutan dariku, he). Mendengar dari logat mereka, kami tau pasti bahwa mereka tentulah berasal dari Jawa. Serang tangkis pertanyaan antara para elekra dengan temanku pun tak terelakkan, pembicaraan seputar logat-logat Jawa yang bermacam2. Temanku yang memang melek budaya n lebih banyak tau seputar Jawa takkan melewatkan kesempatan ini, tuk menggali info seputar Jawa, aku pun hanya banyak mendengarkan dan sesekali juga ikut bertanya. Di mulai dari perbedaan logat Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan sampai kepada budaya orang Jawa yang suka melancong tuk merubah nasib di kampoang orang. Ya… jelas terlihat sekali budaya tersebut kami lihat di sini, di depan kami saat itu.
  Hening, sebagai jeda dari pembicaran alur ngidul yang kurang terarah tapi mencairkan suasana. Mereka masih sibuk dengan “kipas angin” kami yang dipreteli tanpa ampun (dibongkar total), menerka-nerka penyakitnya. Kami hanya bisa memperhatikan dan bertanya-tanya dalam hati. Dan pertanyaan itupun  meluncur dari mulut temanku, “Mas, dari mana sih belajar memperbaiki elektronik2 itu???”. Salah satu dari mereka menjawab, “WUalaaaaaaaaah… Mbak, tuntutan keadaan yang membuat kami bisa. Kami ini ndak sekolah mbak, rata-rata cumin lulus SD. Paling barang-barang yang ada kami perbaiki sendiri, mbak.” Mendengar jawaban itu, aku seakan tersentak berkaca pada pribadi sendiri dan berjanji dalam hati “Aku harus berhasil dalam bidangku, mereka saja punya tekad dengan segala keterbatasan. Mengapa aku yang dilebihkan dalam banyak hal tidak terpikir seperti itu??? Seperti sebuah tembakan petir di siang bolong, kata-kata mereka bisa menjadi inspirasi bagi diri pribadi khususnya tuk menjadi individu yang lebih baik”.
Tak berapa lama, kipas angin kami sudah selesai diperbaiki. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada mereka. Ucapan terima kasih yang juga telah mengajarkan kami tentang satu hal dalam hidup ini, yaitu “perjuangan”. Seraya motor kami meluncur pelan di jalanan kota, pikiran kami masih terhipnotis dengan semangat masing-masing tuk melakukan yang terbaik dalam cita-cita kami dengan kelebihan yang ada.


Thanks, thanks, thanks….
Untuk mereka yang mengajarkan kami arti dari perjuangan hidup
Cerita dari orang-orang pinggiran!!!

Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Aku adalah diriku. Seorang pengelana lewat pemikiran dan penjelajah buku, ilmu, dan pengalaman.